Ibnu Khaldun – Bapak Sosiologi dan Ekonomi
Ditulis oleh Rohis SMAN 1 Padang 30 Oktober 2013 pukul 19.54
Nama lengkapnya adalah Abu Zaid
Abd-Ar-Rahman Ibnu muhammad Ibnu khalid
(Khaldun) yang kemudian masyhur dengan sebutan Ibnu Khaldun. lahir di Tunisia
pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. adalah dikenal sebagai sejarawan dan bapak
sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam,
ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya
tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya
sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan
teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya
sudah menyebar ke mana-mana.
Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu
Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap
berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas,
serta ia hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Selain itu dalam tugas-tugas yang
diembannya penuh dengan berbagai peristiwa, baik suka dan duka. Ia pun pernah
menduduki jabatan penting di Fes,Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi
guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti
Fathimiyyah. Dari sinilah ia melahirkan karya-karya yang monumental hingga saat
ini. Nama dan karyanya harum dan dikenal di berbagai penjuru dunia. Panjang
sekali jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun, namun ada tiga
periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup beliau. Periode
pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki,
ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.
Dalam semua bidang studinya
mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para gurunya. Namun studinya
terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H.
yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal
dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode kedua, ia
terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting
kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari
lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.
SETELAH keluar dari penjara,
dimulailah periode ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada
bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi
catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh
jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama
kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil
‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-i’bar ini pernah
diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les
Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian.
Tepatnya pada tahun 1890, yakni saat pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan
diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memberikan pencerahan
bagi para sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang
bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab
autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas
kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab
al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan
pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar
al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
Bahkan buku ini telah diterjemahkan
dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut
dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan metoda-metodanya yang masuk akal yang
dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial
tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang
membedakan antara masyarakat primitif dengan masyarakat moderen dan bagaimana
sistem pemerintahan dan urusan politik di masyarakat.
ADA beberapa catatan penting dari sini
yang dapat kita ambil bahan pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi
ilmu pengetahuan dan tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang
peneliti yang tak kenal lelah dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia
selalu memperhatikan akan komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang
pejabat penting, ia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai akan
tulisan-tulisannya yang telah ia buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam
tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu dan kesabaran.
Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di adaptasi oleh situasi dan
kondisi.
Karena pemikiran-pemikirannya yang
briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan
politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan
Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu
keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan
kehebatan Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan
Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia
Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat meresap ke dalam hati dan
memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan
ilmu-ilmu yang lain.”
Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di
utamakan sekali dalam kajiannya, disamping mengkaji ilmu-ilmu lainnya.
Kehancuran suatu negara, masyarakat, atau pun secara individu dapat disebabkan
oleh lemahnya nilai-nilai spritual. Pendidikan agama sangatlah penting sekali
sebagai dasar untuk menjadikan insan yang beriman dan bertakwa untuk
kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan
Ibnu Khaldun, ia wafat di Kairo Mesir
pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret
1406 M.
(credit:http://www.kolombiografi.com/2013/10/biografi-ibnu-khaldun-pelopor-dasar.html)
(credit:http://www.kolombiografi.com/2013/10/biografi-ibnu-khaldun-pelopor-dasar.html)
Kategori Artikel, Mading edisi II
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar