Assalamu'alaikum warahmatullah
wabarakatuh.
Pertama, marilah kita bersyukur
kepada Allah Swt. atas semua nikmat yang diberikan-Nya kepada kita. Nikmat dalam
bentuk apapun yang kita sendiri tidak akan sanggup menghitungnya, tapi semua
itu dapat kita rasakan. Kalau seandainya Allah menghentikan distribusi
nikmat-Nya kepada makhluk-Nya, tentu saja akan terjadi penderitaan luar biasa
padanya. Untuk itu, mari kita senantiasa memperbanyak kualitas dan kuantitas
syukur kita setiap harinya.
Kemudian, shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, teladan kita,
idola kita, Nabi Muhammad Saw. Seorang tokoh besar yang senantiasa
mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menegakkan dan menyebarkan agama yang
lurus di sisi Allah, yaitu agama Islam. Pada diri beliau terdapat suri teladan
yang sangat baik, yang bahkan tidak akan kita temui orang lain sesempurna itu
kecuali hanya beliau. Mari kita teladani akhlak baik beliau agar kita menjadi
pribadi muslim yang hebat.
Ikhwatifillah rahimakumullah,
Catatan yang saya tulis kali ini
pada dasarnya bukanlah sepenuhnya pemikiran saya. Ini adalah rangkuman dari
ide-ide yang saya peroleh dari orang-orang hebat, dari buku, atau dari media ilmu
lainnya. Yang saya lakukan hanyalah merangkum, menulis, memberikan gaya bahasa,
dan membagikannya. Semoga bermanfaat :)
Sebagai manusia, adalah fitrah
bagi kita untuk memiliki mimpi, keinginan, target, ambisi, dan lain sebagainya.
Tentu saja kita ingin agar apa yang kita cita-citakan itu tercapai dengan hasil
yang maksimal. Masalahnya, hidup itu nggak semulus jatuhnya kelapa dari
pohonnya (yang kecepatan maksimumnya dirumuskan secara ideal sebagai akar dari
dua kali percepatan gravitasi dikali dengan tingginya #abaikan). Hidup itu
penuh tantangan, penuh lika-liku, penuh tanjakan, penuh masalah, pokoknya penuh
dengan sesuatu yang menghambat kita dalam usaha pencapaian cita-cita itu.
Sebagian besar orang tidak sanggup melewati tantangan-tantangan ini. Mereka
terjatuh ketika berlari, lalu tidak bisa atau tidak mau berdiri lagi. Mereka
berhenti dan menatap ke belakang padahal di depannya telah terlihat garis
finish. Bahkan mereka memilih untuk mengundurkan diri dari pertandingan tanpa
tahu bagaimana sebenarnya pertandingan yang mereka ikuti. Tapi ada beberapa
orang yang tidak mau mengerti apa itu menyerah. Terjatuh berkali-kali pun,
terluka, cedera, tapi mereka tetap bangkit. Mereka tidak begitu peduli seberapa
keras hambatan yang datang. Yang mereka inginkan adalah mencapai garis finish
bagaimanapun caranya.
Ikhwatifillah yang keren-keren,
Uraian di atas adalah ilustrasi
tentang keadaan manusia dalam mencapai keinginannya. Sebagai muslim (yang
pastinya keren), kita harus memiliki cita-cita, agar hidup kita ini dinamis,
tidak mono. Untuk mencapai cita-cita itu, diperlukan berbagai kiat. Kali ini
akan disajikan satu set kiat yang disebut ITI (Istiqamah, Tawadhu', Ikhlas).
Saya akan mencoba menguraikannya satu per satu.
Istiqamah artinya menetapi,
konsisten, bersungguh-sungguh. Jika kita memiliki cita-cita dan kita ingin agar
tercapai, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah konsisten terhadapnya.
Jangan hanya konsisten secara setengah-setengah, tapi harus konsisten secara
totalitas, menyeluruh, integral. Sungguh-sungguh dalam mencapainya, dan
kesungguhan itu ada secara terus menerus. Tidak perlu melakukan banyak usaha
tapi hanya sekali. Lakukan usaha semaksimal mungkin secara terus menerus.
Selain konsisten berusaha, kita juga harus konsisten dalam berdoa. Ingat, hasil
itu ditentukan oleh Allah. Tidak etis jika kita hanya konsisten berusaha tapi
tidak konsisten dalam memohon kepada Yang Maha Menentukan Hasil.
Tawadhu' artinya rendah hati.
Seberapa besar pun usaha yang kita lakukan, seberapa jauh pun perkembangan yang
kita peroleh, kita harus tetap rendah hati. Boleh bangga dengan kemajuan dan
ikut berbagi kebahagiaan bersama orang lain, tapi jangan berlebihan, apalagi
sampai melecehkan orang lain. Jangan sampai terjerumus ke dalam kesombongan,
apalagi sombong kepada Allah. Karena memperoleh kemajuan yang pesat, lalu kita
lupa siapa yang sebenarnya melimpahkan hasil itu. Kita hentikan berdo'a dan
ibadah, kita hancurkan keistiqamahan dalam tawakal. Maka jangan heran kalau
seandainya Allah mencabut kembali nikmat itu. Mudah sekali bagi Allah
melakukannya, toh itu semua memang milik Allah kan?
Yang terakhir adalah Ikhlas.
Ikhlas artinya tulus hati. Kita berusaha diiringi doa secara ikhlas karena
ingin mengharapkan ridho Allah. Ikhlas berkaitan dengan Qana‘ah. Jika
seandainya seorang hamba diuji dengan kegagalan dan hambatan dalam usahanya,
apabila ia memiliki sifat ikhlas, tentu saja ia juga akan qana'ah dan bersyukur
atas hasil yang diberikan Allah. Ia tidak akan melupakan istiqamah dan
tawadhu', sebaliknya justru akan semakin menguatkan sifatnya tersebut.
Orang-orang ini secara psikologis akan tampak tenang, tidak mudah panik, dan
tidak takut secara berlebihan menghadapi kegagalan.
Ikhwatifillah yang oke-oke,
ITI digunakan tidak hanya dalam
proses pencapaian target. Ketika target telah tercapai, ITI harus tetap
digunakan. Ingat, hidup ini seperti roller coaster. Kadang kita berada di
bawah, kadang kita berada di atas, kadang kita harus dibalikkan, kadang kita
berteriak, kadang kita histeris, kadang kita panik, kadang kita gembira. Insya
Allah, jika kita selalu melaksanakan ITI, maka kita tidak akan terjatuh dari
roller coaster itu.
Sekian catatan kali ini, semoga
ada manfaat yang dapat kita ambil. Mohon maaf apabila terdapat konten yang
kurang berkenan dalam catatan ini. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih
kepada orang-orang hebat yang ada di sekitar saya yang memberikan ide dan
menginspirasi saya untuk menulis ini. Semoga Allah membalas kebaikan Anda
semua, Aamiin.
Assalamu'alaikum warahmatullah
wabarakatuh.
(diedit seperlunya, tanpa mengurangi makna ilmunya.)
#Penulis bernama Vino Tri Mulia. Beliau adalah Ketua Rohis Smansa Padang ke-7 (2010-2011), dan Alumni Rohis Smansa tahun 2012. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung.
Kategori Tulisan
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar